Jumat, 27 November 2020

VISI GURU PENGGERAK (KONEKSI ANTAR MATERI)

 

Gambar 1. Koneksi Antar Materi

Setiap manusia memiliki harapan. Setiap insan memiliki kesempatan. Setiap orang memiliki kemampuan dengan kata lain setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Setiap mimpi yang ingin diwujudkan memerlukan berbagai cara yang memungkinkan. Angan-angan untuk mengubah suatu keadaan. Tak pelak angan-angan tersebut terhempaskan begitu saja karena kesalahan dalam mengambil suatu tindakan yang tidak berlandaskan kesempatan dan kemampuan.

Seperti itulah kiranya gambaran sebuah visi. Visi akan bisa terwujud ketika si pemilik visi bisa menganalisis kemampuan dan mengetahui kesempatan yang dimiliki dalam mewujudkannya. Visi merupakan serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah keinginan sekelompok orang atau secara pribadi dengan pandangan yang jauh ke masa depan demi mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Seorang guru penggerak harus memiliki visi yang jelas demi kemajuan Pendidikan. Peran seorang guru penggerak adalah untuk menjadi agen transformasi Pendidikan Indonesia. Visi tersebut bisa terwujud jika seorang guru penggerak memahami betul konsep manajemen perubahan yang diperlukan. Salah satu pendekatan manajemen perubahan yang bisa dijadikan pedoman adalah pendekatan INKUIRI APRESIATIF (IA) dengan tahapan BAGJA. Berikut akan disajikan ulasan lebih rinci terkait IA dan BAGJA.

 

Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA)

IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologi positif. IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses managemen perubahan yang biasa. Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat menyelaraskan hal positif atau kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah. Pendapat Cooperider sejalan dengan Peter Drucker (seorang Begawan dalam dunia kepemimpinan dan manajemen) bahwa perlu mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan dengan satu tujuan, yaitu mengatasi kelemahan.

 

Tahapan BAGJA

Istilah BAGJA merupakan adaptasi dari buah karya Noble & McGrath pada tahun 2016. Dalam Bahasa Sunda BAGJA berarti BAHAGIA. BAGJA merupakan sebuah akronim dari suatu model manajemen perubahan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif (IA) berbasis kekuatan. Gambar 2 berikut menyajikan tentang arti masing-masing huruf dalam akronim BAGJA.

 

Gambar 2. Siklus pada tahapan BAGJA

 

Berikut ini akan disajikan sebuah tabel yang akan memudahkan dalam menerapkan tahapan BAGJA dalam ekosistem sekolah.

Tabel 1. Rincian bantuan yang bisa dijadikan pegangan untuk mengimplementasikan tahapan BAGJA

HURUF

ARTI

KEGIATAN

PERTANYAAN PEMANDU

B

Buat Pertanyaan

Menentukan Arah Penelusuran

1.      Bagaimana meningkatkan pencapaian murid di semua tingkatan kelas?

2.      Bagaimana membiasakan penumbuhan karakter yang baik di sekolah secara hemat biaya?

3.      Bagaimana meningkatkan keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?

A

Ambil Pelajaran

Menuntun Pengambilan Pelajaran

Ø  Pada langkah ini fokuskan pada satu pertanyaan utama yang merupakan hasil kesepakatan bersama.

Ø  Pengalaman positif dari individu/kelompok/komunitas di ambil pelajaran untuk menjawab pertanyaan dibagian ini.

Ø  Misalnya di B “Buat Pertanyaan Utama” dipilih soal nomor 1 hasil kesepakatan bersama, maka pertanyaan lanjutan sebagai pemandu adalah sebagai berikut.

1.   Apa kontribusi yang telah dilakukan dan berjalan dengan baik? Mengapa?

2.   Kebijakan apa yang selama ini mendukung?

3.   Siapa saja yang terlibat untuk mendukung?

4.   Kekuatan/keahlian apa yang kita gunakan selama ini untuk membantu?

G

Gali Mimpi

Menyusun Narasi Keadaan Ideal

1.      Seperti apa orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan merasa?

2.      Bagaimana penampakan lingkungannya secara fisik?

3.      Apakah kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi?

4.      Sumber daya apa yang kita bayangkan akan tersedia?

J

Jabarkan Rencana

Mengidentifikasi Tindakan yang Diperlukan (Mengambil Keputusan)

1.      Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?

2.      Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?

3.      Bagaimana agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal melakukan improvisasi dan berkontribusi membantu terwujudnya perubahan?

4.      Apa langkah-langkah kecil (baik berurutan/simultan) yang diperlukan?

5.      Apa satu langkah besar (inovatif, berani, terobosan) yang dapat dilakukan untuk memperbesar terwujudnya perubahan?

A

Atur Eksekusi

Membantu transformasi rencana menjadi nyata

1.      Siapa yang akan terlibat untuk mewujudkan rencana?

2.      Bagaimana mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?

3.      Siapa yang bertanggung jawab? Siapa yang segera akan menindaklanjuti/memberikan umpan balik suatu laporan?

4.      Siapa yang akan memonitor batas waktu?

 

Berdasarkan tabel bantu tersebut diharapkan dapat mempermudah guru penggerak dalam merealisasikan visinya berdasarkan pendekatan IA dengan menggunakan tahapan BAGJA.

 

Lalu bagaimana hubungan VISI, IA, BAGJA dengan peserta didik yang menjadi pusat perhatian dalam Pendidikan?

Berdasarkan gambar 1 tentang peta konsep koneksi antar materi dapat dijelaskan sebagai berikut. Visi (harapan/mimpi) yang berlandaskan pendekatan Inkuri Apresiatif melalui tahapan BAGJA diharapkan mampu mencetak murid dengan profil pelajar Pancasila. Setiap murid memiliki kodratnya masing-masing baik kodrat alam maupun kodrat zamannya. Kedua kodrat tersebut tidak dapat diubah yang dapat diubah hanyalah budi pekerti. Budi, yaitu cipta, rasa, karsa yang meliputi bathin sang anak sedangkan pekerti, yaitu raga/tenaga, upaya, tindakan yang meliputi lahir sang anak. Melalui tahapan BAGJA diharapkan juga dapat memerdekakan sang anak dalam mengembangkan minat dan bakatnya serta memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya bagi sang anak untuk meraih mimpinya. Dengan melakukan analisis melalui tahapan BAGJA pula diharapkan bisa menyediakan lingkungan belajar agar murid dapat mendalami keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non-akademik mereka. Selain itu, dapat melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

 

Demikian koneksi antar materi dalam modul 1.3 terkait visi guru penggerak. Kurang lebihnya mohon maaf. Mohon perkenan bapak/ibu untuk meninggalkan komentar demi perbaikan menulis artikel ke depannya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Special Thanks to my "Fasilitator" Mr. Yuli Cahyono 💖 atas segala bimbingan dan motivasi yang diberikan. Selalu bersedia meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan untuk menuntun saya. Terima kasih juga untuk pendamping  Mr. I Gede Eka Saputra 💗 yang sangat sabar dalam menemani langkah saya selama pendidikan guru penggerak di modul 1.3. Semoga sehat selalu 

Jumat, 20 November 2020

KEKUATAN PEMANGKU KEPENTINGAN DEMI TERWUJUDNYA VISI SEKOLAH

  

 

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) visi bermakna kepada penglihatan; pengamatan, kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan, kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan atau wawasan ke depan. Secara umum visi itu merupakan serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah keinginan sekelompok orang atau secara pribadi dengan pandangan yang jauh ke masa depan demi mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Pada dasarnya visi dijadikan sebagai panutan gambaran akan situasi dan karakteristik mengenai arah kemana tujuan perjalanan selanjutnya. Sehingga dengan adanya visi bisa menjadi alarm untuk selalu mampu eksis, antisipatif dan inovatif. Visi itu dapat berubah dan berkembang sesuai pengaruh dan perkembangan zaman yang tidak bisa diprediksi ke depannya. 

Setiap sekolah tentunya memiliki visi masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah tersebut. Namun, belum tentu visi yang dibuat sekolah bisa terwujud. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satu faktor tersebut adalah para pemangku kepentingan. Tugas kepemimpinan adalah menciptakan keselarasan kekuatan, dengan cara membuat kelemahan suatu sistem menjadi tidak relevan (Peter F. Drucker).

Bertolak pada pendekatan managemen perubahan kolaboratif dan berbasis kekuatan, yaitu Inkuiri Apresiatif (IA) maka akan dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreatifitas serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses managemen perubahan yang biasa. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Berikut disajikan matriks kekuatan dan kepentingan para pemangku kepentingan yang mana hal tersebut dapat menyelaraskan hal positif dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah.

 

MATRIKS KEPENTINGAN DAN KEKUATAN PEMANGKU KEPENTINGAN

 


 Keterangan Matriks :

  • A = Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga memiliki kekuatan dan kepentingan yang besar.
  • B = Pengawas sekolah, komite sekolah, dan orang tua memiliki kekuatan yang besar namun kepentingan yang kecil.
  • C = Kepala sekolah, staf pimpinan, guru, pegawai, dan peserta didik memiliki kepentingan yang besar, namun kekuatan yang kecil.
  • D = Masyarakat memiliki kekuatan dan kepentingan yang kecil.

 

Melalui pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan atau yang lebih dikenal dengan istilah Inkuiri Apresiatif diperlukan tahapan BAGJA untuk kesuksesan pencapaian visi sekolah. Jadi, untuk mensinergikan semua komponen demi kesuksesan pencapaian visi sekolah diperlukan perhatian yang lebih pada elemen C dan D.


TABEL KEPENTINGAN DAN KEKUATAN PEMANGKU KEPENTINGAN

 

No.

Unsur Pemangku kepentingan

Kepentingan Utama

Kekuatan yang dimiliki dan Pengaruhnya

1.

Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar

Tercapainya peningkatan mutu pendidikan di Kota Denpasar.

Pembuat kebijakan, penyusun rencana, koordinasi, monitoring, evaluasi, pemberi umpan balik.

2.

Pengawas Sekolah

Mendapatkan pengakuan kinerja yang terpercaya.

Mediator, Fasilitator, Pembinaan, Pemantau keterlaksanaan 8 standar pendidikan.

3.

Kepala Sekolah

Mendapat kepercayaan melalui kesuksesan visi sekolah.

ü  Mampu memanajemen sekolah dengan baik (Managemen Berbasis Sekolah).

ü  Pengambil kebijakan yang menentukan arah pencapaian visi sekolah.

4.

Staf Pimpinan (Wakasek)

Mendapat pengalaman kepemimpinan untuk bekal menjadi CAKEP (calon kepala sekolah).

A.    Waka Bidang Kurikulum

Mengelola bagian pembelajaran dan memanajemen guru dengan baik.

B.     Waka Bidang Kesiswaaan

Mengelola murid mengembangkan minat dan bakat dengan baik serta menumbuhkan karakter murid.

C.     Waka Bidang Sarana dan Prasarana

Menyiapkan sarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran dan kegiatan sekolah.

D.    Waka Bidang Humas

Menjalin komunikasi yang baik dengan komite sekolah dan masyarakat sekitar serta atasan.

5.

Guru

Menjalankan profesi dengan mencetak lulusan yang berkualitas dan berakhlak mulia.

ü  Guru senior memiliki pengalaman yang sangat baik dalam menghadapi berbagai karakter murid.

ü  Guru junior memiliki inovasi dan penggunaan TIK yang cukup baik.

6.

Pegawai

Menjalankan profesi untuk peningkatan karir.

Menginformasikan surat lomba/sosialisasi/informasi dari luar dengan cepat.

7.

Komite Sekolah

Memantau kejelasan program sekolah demi keberhasilan Pendidikan anak.

ü  Mengakomodasi inspirasi orang tua dan disampaikan ke pihak sekolah.

ü  Membantu mengelola keuangan sukarela dari orang tua murid.

8.

Orang Tua

Menginginkan anaknya dapat dijadikan manusia yang berkualitas, berprestasi, dan berakhlak mulia.

ü  Memberikan dukungan berupa dana Pendidikan sukarela.

ü  Membantu memfasilitasi murid dalam kegiatan perlombaan.

9.

Masyarakat

Mendapatkan dampak edukasi bagi lingkungan di sekitar sekolah.

Memberikan edukasi potensi yang dimiliki lingkungan sekitar. Bisa menjadi pengamat, pengontrol maupun pemberi masukan dalam proses pendidikan di sekolah terdekat.

Dengan adanya tabel tersebut, maka akan memudahkan dalam mengidentifikasi kekuatan masing-masing pemangku kepentingan untuk dipertahankan demi terwujudnya visi sekolah. Selain itu, hal-hal yang belum menjadi kekuatan bisa ditelusuri apa yang menyebabkan menjadi lemah.


Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Fasilitator (Yuli Cahyono) yang sudah memberikan wawasan baru dan segala bimbingan yang diberikan 💝 Terima kasih kepada Bapak Pendamping (I Gede Eka Saputra) yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan masukan 💓 Terima kasih juga untuk rekan-rekan CGP kelompok 1 dari kelas A yang selalu berbagi ilmu dan informasi💘 Terima kasih kepada rekan-rekan CGP lain yang sudah memberikan umpan balik demi perbaikan tugas ini💗 Tentunya terima kasih untuk keluarga tercinta yang selalu mendukung saya 💕





Sabtu, 14 November 2020

NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK (KONEKSI ANTAR MATERI)

(Sumber : karya pribadi)


Peta konsep sederhana di atas menggambarkan isi secara umum dari modul 1.2 yang berjudul Nilai-Nilai dan peran guru penggerak. Dibalik kesederhanaan peta konsep tersebut, ada makna mendalam dari setiap bagiannya. Berikut akan disajikan ulasan yang memaparkan makna dari peta konsep tersebut.

Dimulai dari penyelarasan nilai yang merupakan bagian dari eksplorasi konsep. Mempelajari modul ini menambah wawasan baru bagi saya, yaitu diagram trapesium usia, diagram identitas gunung es, dan juga perumpaan eskalator dengan sistem kerja otak. Mari kita ulas satu per satu.


Diagram Trapesium Usia

(Sumber : Modul 1.2 Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak)

  • Diagram trapesium usia naik rentang 0-7-12-21 (usia pertumbuhan kemudian usia sekolah dari jenjangTK-Kuliah)

  • Diagram trapesium usia mendatar rentang 21-end (usia aktif (bekerja))

  • Diagram trapesium usia turun (usia pensiun) rentang masih tanda tanya karena kita posisi masih di usia aktif.

Manusia dapat mengingat peristiwa penting yang terjadi di rentang usia sekolah di mana peristiwa tersebut bisa mempengaruhi kehidupan di masa sekarang. Daya ingat seseorang tidak terlepas dari kemampuan otaknya untuk menyimpan informasi. Informasi di dalam otak disimpan dalam bentuk memori. Memori jangka pendek dan memori jangka panjang dimiliki oleh setiap insan. Memori jangka panjang adalah tempat pembelajar menyimpan pengetahuan dan keyakinan umum mereka tentang dunia, hal yang telah dipelajari di sekolah sampai ingatan peristiwa dalam kehidupan pribadi. Manusia dapat memiliki ingatan yang kuat karena kemampuan memori jangka panjangnya bagus. 

Memori tersebut masih bisa mempengaruhi diri saya di masa sekarang. Jadi saya sangat berhati-hati dalam bergaul. Tidak semua orang itu memiliki niat yang baik kepada kita. Kadang pun tidak selamanya niat baik kita bisa diterima dengan baik pula oleh orang lain. Memori positif yang masih saya pertahankan adalah mencoba mengikuti kegiatan perlombaan penelitian dengan memilih partner penelitian yang memiliki karakter hampir mirip seperti sahabat saya.


Diagram Identitas Gunung Es

(Sumber : Modul 1.2 Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak)

Diagram ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Tim Bandung/Jabar Masagi dalam penguatan karakter sejak tahun 2016 untuk menjelaskan bagaimana karakter seseorang dapat ditumbuhkan.

Fenomena gunung es di lautan dapat menggambarkan apa yang terlihat di permukaan tidak dapat menunjukkan seberapa besar apa yang tersembunyi di bawah permukaan laut. Gunung es mengajarkan bahwa kita tidak hanya cukup mempertimbangkan sesuatu dari apa yang terlihat dipermukaan saja. 

Bagian yang tampak dipermukaan laut diibaratkan sebagai bagian sadar yang jumlahnya hanya 12% sedangkan 88% lagi merupakan bagian bawah sadar yang letaknya di bawah permukaan. Bagian sadar ini meliputi perilaku, kebiasaan, dan karakter yang dapat dilihat oleh orang lain dan disadari oleh diri sendiri. Sedangkan bagian bawah sadar berada di dalam diri masing-masing orang sehingga memerlukan usaha untuk melihatnya apalagi mengubahnya. Bagian tersebut meliputi identitas sebenarnya dari diri seseorang yang masih tersembunyi, yaitu soft skill, pola pikir, kepercayaan, nilai-nilai. 

Karakter yang tampak dari seseorang sesungguhnya didasari oleh perilaku-perilaku yang berulang yang telah ia lakukan sehingga akhirnya menjadi kebiasaan-kebiasaan, Nah kebiasaan yang terakumulatif tersebut menjadi gambaran karakter seseorang. Selain itu, lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan karakter, Lingkungan fisik dan psikis perlu dimaksimalkan pengaruhnya dalam menumbuhkan karakter seorang manusia. Ada dua tujuan utama dalam melakukan pengkondisian dan pembiasaan baik pada lingkungan fisik maupun psikis, yaitu keteladanan dan sistem aturan.

Eskalator dan Sistem Kerja Otak


Bagian otak manusia yang serupa dengan :

1. Otak mamalia --> emosi

2. Otak reptil --> bertahan hidup

3. Otak primata yang terhubung dengan otak luhur manusia --> sistem berpikir lambat

Ada dua sistem berpikir pada manusia, yaitu sistem berpikir cepat dan sistem berpikir lambat. Kedua sistem berpikir tersebut dapat mempengaruhi bagaimana seorang manusia bersikap dan mengambil keputusan. Untuk mengetahui kedua sistem itu bekerja, maka digunakan perumpamaan eskalator yang bergerak turun. Eskalator yang bergerak turun menggambarkan kerja tubuh manusia yang mendahulukan penghematan energi. Otak reptil dan otak mamalia bekerja untuk menghemat energi. Mereka megelola otomasi bagian-bagian tubuh kita yang bekerja di bawah sadar sehingga meninggalkan energi. Oleh karena itu, kerja otak reptil dan otak mamalia dapat diumpamakan sebagai dua orang yang sedang turun menggunakan eskalator yang sedang menurun. Tanpa memerlukan energi tinggal turut eskalator bergerak turun. Diam saja pun akan ikut turun. Energi tidak banyak digunakan.

Sementara itu, sistem berpikir lambat bekerja bagaikan berjalan naik di tangga eskalator yang bergerak turun sehingga diperlukan energi lebih dan kecepatan yang cukup. Kerja berpikir ini memakan lebih banyak energi sehingga bertentangan dengan kerja alamiah bagian otak lain yang berupaya untuk menghemat energi. 


Dasar-Dasar Pemikiran KHD

KHD membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. MenurutKHD, pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan bathin, Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. jadi, menurut KHD pendididikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

Kebudayaan Indonesia yang beragam terkadang menjadikan konflik atau perpecahan. Padahal jika pendidikan dan pengajaran bisa disinergikan dengan baik, maka hal tersebut (perpecahan) mustahil terjadi. Pendidikan multikultural sebaiknya diimplisitkan pada setiap mata pelajaran. Peserta didik diajak untuk menghargai perbedaan, memiliki rasa toleransi, dan memiliki rasa persaudaraan. Terpampang jelas pada dasar negera kita semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Itulah yang seharusnya dijadikan pedoman bagi setiap warga negara. Keberagaman merupakan suatu berkah bukan musibah. Dengan keberagaman kita menjadi kaya akan pengetahuan budaya daerah. Bukan untuk saling menjelekkan satu sama lain, namun untuk saling menguatkan. 



(Sumber : https://images.app.goo.gl/utCk9w8L4WMFpFBu5)


Nilai-Nilai Guru Penggerak :



Seorang guru penggerak diharapkan memiliki nilai Mandiri, Kolaboratif, Reflektif, Inovatif, dan Berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut bertujuan untuk menjadi bekal dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, bermakna, dan terbentuknya profil pelajar Pancasila. 

Contoh konkret dalam penerapan nilai-nilai tersebut adalah :

  1. MANDIRI  à Melaksanakan tanggungjawab sebagai pendidik  dengan mengembangkan kreatifitas yang dimiliki.
  2. KOLABORASI à Menerapkan model pembelajaran kolaboratif saat pembelajaran sehingga terbangun kecerdasan dalam berkomunikasi antarsesama.
  3. REFLEKTIF à Selalu mengadakan refleksi di setiap akhir pembelajaran.
  4. INOVATIF à menyajikan suatu tantangan dan Batasan dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik akan berusaha mencari solusi alternatif.
  5. BERPIHAK PADA MURID à Memberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengenali karakter murid lebih awal sebelum kegiatan pembelajaran, guru menjadi fasilitator dan mediator.
Adapun hal-hal yang diperlukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai tersebut adalah :
  1. Memegang teguh trilogi Pendidikan untuk dijadikan pedoman.
  2. Menerapkan model pembelajaran inovatif.
  3. Selalu membuka diri terhadap perubahan .
  4. Memiliki kemauan untuk mencoba sesuatu yang baru.
  5. Menumbuhkembangkan sikap toleransi dan menghargai.
  6. Memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi.
  7. Mampu berkomunikasi yang efektif dan efisien
Seorang Guru penggerak tidak akan bisa menjalankan tugas serta mengembangkan nilai-nilai guru penggerak tanpa kehadiran, tanpa saran, tanpa kritik dari : peserta didik, atasan, rekan sejawat, dan komunitas MGMP.


Peran Guru Penggerak 


(Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200704001519-293-520747/kemendikbud-rilis-merdeka-belajar-episode-5-guru-penggerak)

Harapan umum yang diinginkan oleh Kemendikbud adalah lahirnya guru penggerak yang menjadi cikal bakal dalam mendorong transformasi pendidikan di Indonesia. Harapan yang lebih spesifik, yaitu guru penggerak mampu mendorong tumbuh kembangnya murid secara holistik (profil pelajar Pancasila). Guru penggerak juga diharapkan untuk bisa menjadi coach bagi guru lain untuk pembelajaran yang berpusat pada murid serta diharapkan mampu menjadi teladan.


Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2. Ditjen GTK Kemendikbud

3. Fasilitator Bapak Yuli Cahyono dari P4TK PENJASBK yang selalu membimbing saya.

4. Pendamping saya dalam PGP, Bapak I Gede Eka Saputra yang selalu sabar mendampingi.

5. Teman-teman kelompok 1 di kelas A yang selalu berbagi ilmu.

6. Kepala SMP Negeri 3 Denpasar atas segala dukungan yang diberikan.

7. Rekan sejawat yang selalu memotivasi.

8. Keluarga tercinta atas toleransi, kerja sama, dan motivasi yang diberikan.