Jumat, 11 Desember 2020

PENGANTAR BUDAYA POSITIF (Koneksi Antar Materi pada Modul 1 dalam Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan I)

 

Peta Konsep Koneksi Antar Materi pada Modul 1


Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20). Berdasarkan kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru perlu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tetapi berdampak pada masyarakat.

Besarnya pengaruh Pendidikan dalam masa depan anak tidak bisa disangsikan lagi. Diperlukan pondasi yang kuat demi terwujudnya karakter yang baik sehingga membawa dampak baik pula bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) yang berkaitan dengan filosofi Pendidikan yang harus dijadikan pedoman di antaranya kodrat anak, kodrat zaman, dan budi pekerti. Kodrat Anak : Pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat anak agar dapat memperbaiki laku hidupnya dan tumbuh kekuatan kodrat anak. Kodrat Zaman : Melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Budi Pekerti : Watak merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga.

Demi terwujudnya pemikiran KHD diperlukan seorang guru yang memiliki nilai Mandiri, Kolaboratif, Reflektif, Inovatif, dan Berpihak pada Murid. Nilai-nilai tersebut bertujuan untuk menjadi bekal dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, bermakna, dan lahirnya murid dengan profil pelajar Pancasila. Contoh konkret dalam penerapan nilai-nilai tersebut adalah :

  1. MANDIRI  : Melaksanakan tanggungjawab sebagai pendidik  dengan mengembangkan kreatifitas yang dimiliki.
  2. KOLABORASI : Menerapkan model pembelajaran kolaboratif saat pembelajaran sehingga terbangun kecerdasan dalam berkomunikasi antarsesama.
  3. REFLEKTIF : Selalu mengadakan refleksi di setiap akhir pembelajaran.
  4. INOVATIF : menyajikan suatu tantangan dan batasan dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik akan berusaha mencari solusi alternatif.
  5. BERPIHAK PADA MURID : Memberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengenali karakter murid lebih awal sebelum kegiatan pembelajaran, guru menjadi fasilitator dan mediator.

Dengan berbekal nilai tersebut, maka seorang guru bisa mewujudkan harapan Pendidikan seperti yang tercantum di atas, yaitu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

          Selain pemahaman terhadap dasar-dasar pemikiran KHD dan berbekal nilai-nilai seorang guru penggerak, diperlukan juga membuat sebuah visi dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Seorang guru penggerak harus memiliki visi yang jelas demi kemajuan Pendidikan. Peran seorang guru penggerak adalah untuk menjadi agen transformasi Pendidikan Indonesia. Visi tersebut bisa terwujud jika seorang guru penggerak memahami betul konsep manajemen perubahan yang diperlukan. Salah satu pendekatan manajemen perubahan yang bisa dijadikan pedoman adalah pendekatan INKUIRI APRESIATIF (IA) dengan tahapan BAGJA. BAGJA merupakan sebuah akronim dari suatu model manajemen perubahan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif (IA) berbasis kekuatan. Tahapan BAGJA, yaitu : Buat Pertanyaan Utama, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi. Dengan melakukan analisis melalui tahapan BAGJA diharapkan bisa menyediakan lingkungan belajar agar murid dapat mendalami keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non-akademik mereka. Selain itu, dapat melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

           Apakah cukup hanya berbekal memahami materi di atas saja? Tentu tidak! Masih ada satu materi lagi yang memiliki hubungan erat dalam mewujudkan Pendidikan yang dapat memberikan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Materi tersebut adalah budaya positif berbasis disiplin positif bukan berbasis hukuman. Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku murid, disiplin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku para murid tersebut serta mengajarkan murid tentang kontrol dan kepercayaan diri dengan berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari. Tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid dapat memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri serta menghargai orang lain. 

Disiplin sebaiknya merupakan hal-hal berikut ini, yaitu :

  1. Fokus dalam mengoreksi dan mendidik
  2. Mendorong tanggung jawab dan disiplin diri
  3. Jangan pernah merusak atau membahayakan martabat pelajar maupun pendidik

Disiplin positif bukanlah :

  1. Membiarkan peserta didik melakukan apa pun yang mereka inginkan
  2. Tentang tidak memiliki aturan, batasan atau harapan
  3. Tentang reaksi jangka pendek
  4. Hukuman alternatif untuk menampar, memukul atau mempermalukan.

Disiplin positif bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan pembuatan kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas terutama pada saat awal semester baru, saat ada murid yang melakukan hal yang tidak sesuai kesepakatan, sebelum menjalankan aktivitas baru, serta ketika awal masuk sekolah setelah libur panjang. Adapun panduan dalam menyusun kesepakatan kelas adalah sebagai berikut.

  1. Tanya pendapat murid (Murid akan merasa dibutuhkan dan dianggap ketika guru melibatkan mereka dari awal kegiatan).
  2. Tanyakan ide dari murid untuk mencapai kelas impian (Murid akan merasa dilibatkan dalam mengatur kelas. Ini lebih efektif daripada menyampaikan hal apa saja yang dilarang atau tidak boleh dilakukan).
  3. Ambil kesimpulan dari ide murid (Perjelas kesepakatan kelas melalui kegiatan diskusi untuk mendapatkan umpan balik dari murid).
  4. Ubah ide menjadi kesepakatan kelas (Buatlah poster yang berisikan kesepakatan kelas yang disetujui di akhir kegiatan diskusi. Hindari penggunaan kata jangan dan dilarang. Sebaiknya menggunakan kata yang positif sebagai panduan tingkah laku).
  5. Tanda tangani kontrak kesepakatan kelas (Guru bersama murid menandatangani poster yang dibuat. Untuk murid PAUD bisa menggunakan cap tangan).
  6. Lihat bersama poster kontrak kesepakatan (Lakukan refleksi secara rutin terkait kontrak kesepakatan kelas yang sudah disusun. Tanyakan pada murid terkait perkembangan atau apa perlu direvisi. Apabila ada yang melanggar kesepakatan baik guru maupun murid diperlukan tindakan berupa disiplin positif).

Catatan : Kesepakatan kelas tidak perlu terlalu banyak sehingga mudah dipahami dan mudah untuk dilakukan.

Semoga dengan membuat kesepakatan kelas dapat mewujudkan budaya postif di sekolah serta dapat meningkatkan hubungan antara guru dan murid. Hubungan guru dan murid adalah faktor penting dalam membangun budaya sekolah yang baik.

Budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik diperlukan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan. Penerapan budaya positif sangat diperlukan dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari. Ada nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, nilai moral, nilai sosial, peningkatan kepercayaan diri, saling menghargai dan bertoleransi. Semua nilai tersebut sangat berkaitan dalam penerapan budaya positif di sekolah. Demi mewujudkan budaya positif di sekolah diperlukan landasan pemikiran KHD tentang Pendidikan dan pengajaran, kodrat anak dan kodrat zaman, budi pekerti, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak melalui pendekatan inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA. Semua itu saling mendukung satu sama lainnya. Seorang guru penggerak diharapkan mampu menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah melalui role model maupun keteladanan. Menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif sekolah dan menjadi visi sekolah dapat dilakukan dengan langkah kecil dari sebuah kelas melalui kesepakatan kelas kemudian diimbaskan ke dalam satu tingkatan kelas dilanjutkan pengimbasan ke semua tingkatan kelas sehingga menjadi budaya positif sekolah.

 

Tuntas sudah modul 1 dalam Pendidikan Guru Penggerak. Modul 1 memiliki 4 sub modul yang merupakan pegangan bagi seorang guru penggerak dalam mewujudkan merdeka belajar. Tidak ada sesuatu yang mudah, semuanya memerlukan sebuah proses. Proses yang baik akan mewujudkan impian yang diinginkan. Impian bersama dalam dunia Pendidikan saat ini adalah melahirkan murid dengan profil pelajar Pancasila.

Demikian koneksi antar materi dalam modul 1 baik refleksi pemikiran KHD, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak maupun pengantar budaya positif. Kurang lebihnya mohon maaf. Mohon perkenan bapak/ibu untuk meninggalkan komentar demi perbaikan menulis artikel ke depannya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

 

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2. Ditjen GTK Kemendikbud

3. Fasilitator Bapak Yuli Cahyono dari P4TK PENJASBK yang selalu membimbing saya.

4. Pendamping saya dalam PGP, Bapak I Gede Eka Saputra yang selalu sabar mendampingi.

5. Teman-teman kelompok 1 di kelas A yang selalu berbagi ilmu.

6. Kepala SMP Negeri 3 Denpasar atas segala dukungan yang diberikan.

7. Rekan sejawat yang selalu memotivasi.

8. Keluarga tercinta atas toleransi, kerja sama, dan motivasi yang diberikan.


Kamis, 10 Desember 2020

ELABORASI PEMAHAMAN - MENERAPKAN PRINSIP BUDAYA POSITIF (CGP_Putu Sri Utami Dewi)



REFLEKSI :

1.      Materi apa saja yang Anda sangat pahami dari modul ini? Tuliskan!

Jawab : materi yang sangat saya pahami yaitu tentang filosofi disiplin positif baik dari pengertian, dari tujuan, maupun dari kriteria utama disiplin positif.

 

2.       Materi mana yang masih membingungkan bagi Anda? Tuliskan!

Jawab : hampir tidak ada materi yang masih membuat saya bingung. Semoga dengan ilmu yang diberikan bisa membawa saya ke jalan yang lebih baik dalam mewujudkan merdeka belajar sehingga terbentuk generasi emas harapan bangsa.

 

3.    Perubahan apa yang dirasakan Bapak/Ibu dan juga murid selama mempraktikkan budaya positif sekolah?

Jawab : perubahan yang saya rasakan adalah kemampuan dalam mengendalikan diri untuk menahan emosi ketika mereka melanggar suatu kesepakatan. Saya akan gali terus informasi kenapa murid tersebut melanggar dan bersama-sama dengan murid mencari solusi alternatif sehingga hal tersebut tidak terulang kembali. Murid merasa bahwa guru bisa dijadikan partner dalam penyelesaian masalah maupun kendala yang mereka hadapi baik masalah pelajaran, rekan lain, maupun keluarga.

 

4.    Adakah kesulitan ketika mencoba membangun budaya positif di kelas? Jika ada, apa saja kesulitannya?

Jawab : pada awalnya akan sulit untuk membangun sebuah komitmen bersama untuk mewujudkan budaya positif di kelas. Murid seolah-olah sudah terbiasa menghadapi sistem hukuman sehingga membuat mereka jarang berani mengemukakan pendapatnya. Tentu hal tersebut akan menyulitkan untuk menjalin komunikasi dalam mendiskusikan impian maupun harapan mereka ke depannya.

 

5.     Tantangan apa saja yang dialami ketika menerapkan Budaya Positif di kelas?

Jawab : masih sulit untuk mengubah mindset guru terutama guru senior dalam mengubah sistem hukuman menjadi sistem disiplin positif. Terkadang juga orang tua tidak seiya dan sekata dengan sekolah. Di sekolah sudah menerapkan budaya positif, tetapi orang tua masih belum mendukung dengan baik.

 

6.    Strategi baru apa saja yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah Anda dengan memanfaatkan berbagai sumber yang dimiliki?

Jawab : strategi yang pertama adalah komunikasi. Apapun kegiatan yang dilakukan tanpa komunikasi yang baik tidak akan memberikan dampak positif. Strategi kedua adalah kolaborasi yang baik. Strategi utama adalah keteladanan dan konsistensi.


KASUS :

“Anda adalah guru penggerak yang sudah membangun Budaya Positif di kelas. Hal ini dapat dilihat dari perubahan interaksi antara guru dan murid yang melibatkan dan memahami kebutuhan murid. Guru yang menerapkan kesepakatan kelas dan menggunakan kalimat positif dalam berinteraksi dengan murid, sehingga murid tumbuh menjadi pribadi yang kritis dan mandiri. Akan tetapi, di kelas lain masih ada guru yang memakai hukuman kepada murid agar murid patuh terhadap perintah gurunya, sehingga murid cenderung pasif dan tidak berani mengemukakan pendapat. Anda menjadi resah dan ingin mengajak guru tersebut untuk menerapkan Budaya Positif di kelas. Bagaimana cara yang efektif untuk mengajak guru tersebut untuk menerapkan Budaya Positif di kelasnya?”


SOLUSI :

Bukanlah perkara yang mudah untuk mengajak orang untuk mengikuti kita. Namun, asalkan ada tekad yang kuat kita pasti bisa melalui rintangan dan tantangan yang menjadi penghambat dalam menuju kebaikan. Sebelum mengajak guru menerapkan budaya positif, saya harus mengetahui latar belakang kehidupan dan pendidikan guru tersebut. Siapa tahu Beliau sedang ada masalah di rumah atau Beliau terbiasa menerima hukuman saat masih kecil. Jadi diperlukan dialog yang mendalam secara face to face dari hati ke hati. Diperlukan juga keterampilan dalam berkomunikasi supaya tidak menyinggung perasaan guru tersebut. Selanjutnya saya akan memberikan gambaran tentang efek samping dari memberi hukuman dan perbandingan efek samping tersebut apabila menerapkan disiplin positif. Saya akan mengajak guru tersebut untuk mengunjungi kelas saya untuk melihat kesepakatan kelas yang sudah dibuat. Kemudian saya akan mempersilahkan guru tersebut untuk berdiskusi dengan murid saya untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka ketika hukuman dihapuskan dan diganti dengan penerapan disiplin positif. Jika guru tersebut mendengar secara langsung dari murid yang merasakan dampaknya, mungkin akan terketuk hatinya untuk megubah mindset dalam menghapus sistem hukuman di kelasnya. Tidak ada sesuatu yang instant, setiap langkah memerlukan sebuah proses. Selama tetap bergandengan tangan untuk berkolaborasi dan menjaga komunikasi, niscaya akan tampak secercah cahaya keberhasilan. Salam dan Bahagia.