Jumat, 11 Desember 2020

PENGANTAR BUDAYA POSITIF (Koneksi Antar Materi pada Modul 1 dalam Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan I)

 

Peta Konsep Koneksi Antar Materi pada Modul 1


Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20). Berdasarkan kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru perlu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tetapi berdampak pada masyarakat.

Besarnya pengaruh Pendidikan dalam masa depan anak tidak bisa disangsikan lagi. Diperlukan pondasi yang kuat demi terwujudnya karakter yang baik sehingga membawa dampak baik pula bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) yang berkaitan dengan filosofi Pendidikan yang harus dijadikan pedoman di antaranya kodrat anak, kodrat zaman, dan budi pekerti. Kodrat Anak : Pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat anak agar dapat memperbaiki laku hidupnya dan tumbuh kekuatan kodrat anak. Kodrat Zaman : Melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Budi Pekerti : Watak merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga.

Demi terwujudnya pemikiran KHD diperlukan seorang guru yang memiliki nilai Mandiri, Kolaboratif, Reflektif, Inovatif, dan Berpihak pada Murid. Nilai-nilai tersebut bertujuan untuk menjadi bekal dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, bermakna, dan lahirnya murid dengan profil pelajar Pancasila. Contoh konkret dalam penerapan nilai-nilai tersebut adalah :

  1. MANDIRI  : Melaksanakan tanggungjawab sebagai pendidik  dengan mengembangkan kreatifitas yang dimiliki.
  2. KOLABORASI : Menerapkan model pembelajaran kolaboratif saat pembelajaran sehingga terbangun kecerdasan dalam berkomunikasi antarsesama.
  3. REFLEKTIF : Selalu mengadakan refleksi di setiap akhir pembelajaran.
  4. INOVATIF : menyajikan suatu tantangan dan batasan dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik akan berusaha mencari solusi alternatif.
  5. BERPIHAK PADA MURID : Memberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengenali karakter murid lebih awal sebelum kegiatan pembelajaran, guru menjadi fasilitator dan mediator.

Dengan berbekal nilai tersebut, maka seorang guru bisa mewujudkan harapan Pendidikan seperti yang tercantum di atas, yaitu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

          Selain pemahaman terhadap dasar-dasar pemikiran KHD dan berbekal nilai-nilai seorang guru penggerak, diperlukan juga membuat sebuah visi dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Seorang guru penggerak harus memiliki visi yang jelas demi kemajuan Pendidikan. Peran seorang guru penggerak adalah untuk menjadi agen transformasi Pendidikan Indonesia. Visi tersebut bisa terwujud jika seorang guru penggerak memahami betul konsep manajemen perubahan yang diperlukan. Salah satu pendekatan manajemen perubahan yang bisa dijadikan pedoman adalah pendekatan INKUIRI APRESIATIF (IA) dengan tahapan BAGJA. BAGJA merupakan sebuah akronim dari suatu model manajemen perubahan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif (IA) berbasis kekuatan. Tahapan BAGJA, yaitu : Buat Pertanyaan Utama, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi. Dengan melakukan analisis melalui tahapan BAGJA diharapkan bisa menyediakan lingkungan belajar agar murid dapat mendalami keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non-akademik mereka. Selain itu, dapat melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

           Apakah cukup hanya berbekal memahami materi di atas saja? Tentu tidak! Masih ada satu materi lagi yang memiliki hubungan erat dalam mewujudkan Pendidikan yang dapat memberikan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Materi tersebut adalah budaya positif berbasis disiplin positif bukan berbasis hukuman. Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku murid, disiplin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku para murid tersebut serta mengajarkan murid tentang kontrol dan kepercayaan diri dengan berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari. Tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid dapat memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri serta menghargai orang lain. 

Disiplin sebaiknya merupakan hal-hal berikut ini, yaitu :

  1. Fokus dalam mengoreksi dan mendidik
  2. Mendorong tanggung jawab dan disiplin diri
  3. Jangan pernah merusak atau membahayakan martabat pelajar maupun pendidik

Disiplin positif bukanlah :

  1. Membiarkan peserta didik melakukan apa pun yang mereka inginkan
  2. Tentang tidak memiliki aturan, batasan atau harapan
  3. Tentang reaksi jangka pendek
  4. Hukuman alternatif untuk menampar, memukul atau mempermalukan.

Disiplin positif bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan pembuatan kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas terutama pada saat awal semester baru, saat ada murid yang melakukan hal yang tidak sesuai kesepakatan, sebelum menjalankan aktivitas baru, serta ketika awal masuk sekolah setelah libur panjang. Adapun panduan dalam menyusun kesepakatan kelas adalah sebagai berikut.

  1. Tanya pendapat murid (Murid akan merasa dibutuhkan dan dianggap ketika guru melibatkan mereka dari awal kegiatan).
  2. Tanyakan ide dari murid untuk mencapai kelas impian (Murid akan merasa dilibatkan dalam mengatur kelas. Ini lebih efektif daripada menyampaikan hal apa saja yang dilarang atau tidak boleh dilakukan).
  3. Ambil kesimpulan dari ide murid (Perjelas kesepakatan kelas melalui kegiatan diskusi untuk mendapatkan umpan balik dari murid).
  4. Ubah ide menjadi kesepakatan kelas (Buatlah poster yang berisikan kesepakatan kelas yang disetujui di akhir kegiatan diskusi. Hindari penggunaan kata jangan dan dilarang. Sebaiknya menggunakan kata yang positif sebagai panduan tingkah laku).
  5. Tanda tangani kontrak kesepakatan kelas (Guru bersama murid menandatangani poster yang dibuat. Untuk murid PAUD bisa menggunakan cap tangan).
  6. Lihat bersama poster kontrak kesepakatan (Lakukan refleksi secara rutin terkait kontrak kesepakatan kelas yang sudah disusun. Tanyakan pada murid terkait perkembangan atau apa perlu direvisi. Apabila ada yang melanggar kesepakatan baik guru maupun murid diperlukan tindakan berupa disiplin positif).

Catatan : Kesepakatan kelas tidak perlu terlalu banyak sehingga mudah dipahami dan mudah untuk dilakukan.

Semoga dengan membuat kesepakatan kelas dapat mewujudkan budaya postif di sekolah serta dapat meningkatkan hubungan antara guru dan murid. Hubungan guru dan murid adalah faktor penting dalam membangun budaya sekolah yang baik.

Budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik diperlukan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan. Penerapan budaya positif sangat diperlukan dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari. Ada nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, nilai moral, nilai sosial, peningkatan kepercayaan diri, saling menghargai dan bertoleransi. Semua nilai tersebut sangat berkaitan dalam penerapan budaya positif di sekolah. Demi mewujudkan budaya positif di sekolah diperlukan landasan pemikiran KHD tentang Pendidikan dan pengajaran, kodrat anak dan kodrat zaman, budi pekerti, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak melalui pendekatan inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA. Semua itu saling mendukung satu sama lainnya. Seorang guru penggerak diharapkan mampu menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah melalui role model maupun keteladanan. Menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif sekolah dan menjadi visi sekolah dapat dilakukan dengan langkah kecil dari sebuah kelas melalui kesepakatan kelas kemudian diimbaskan ke dalam satu tingkatan kelas dilanjutkan pengimbasan ke semua tingkatan kelas sehingga menjadi budaya positif sekolah.

 

Tuntas sudah modul 1 dalam Pendidikan Guru Penggerak. Modul 1 memiliki 4 sub modul yang merupakan pegangan bagi seorang guru penggerak dalam mewujudkan merdeka belajar. Tidak ada sesuatu yang mudah, semuanya memerlukan sebuah proses. Proses yang baik akan mewujudkan impian yang diinginkan. Impian bersama dalam dunia Pendidikan saat ini adalah melahirkan murid dengan profil pelajar Pancasila.

Demikian koneksi antar materi dalam modul 1 baik refleksi pemikiran KHD, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak maupun pengantar budaya positif. Kurang lebihnya mohon maaf. Mohon perkenan bapak/ibu untuk meninggalkan komentar demi perbaikan menulis artikel ke depannya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

 

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2. Ditjen GTK Kemendikbud

3. Fasilitator Bapak Yuli Cahyono dari P4TK PENJASBK yang selalu membimbing saya.

4. Pendamping saya dalam PGP, Bapak I Gede Eka Saputra yang selalu sabar mendampingi.

5. Teman-teman kelompok 1 di kelas A yang selalu berbagi ilmu.

6. Kepala SMP Negeri 3 Denpasar atas segala dukungan yang diberikan.

7. Rekan sejawat yang selalu memotivasi.

8. Keluarga tercinta atas toleransi, kerja sama, dan motivasi yang diberikan.


Kamis, 10 Desember 2020

ELABORASI PEMAHAMAN - MENERAPKAN PRINSIP BUDAYA POSITIF (CGP_Putu Sri Utami Dewi)



REFLEKSI :

1.      Materi apa saja yang Anda sangat pahami dari modul ini? Tuliskan!

Jawab : materi yang sangat saya pahami yaitu tentang filosofi disiplin positif baik dari pengertian, dari tujuan, maupun dari kriteria utama disiplin positif.

 

2.       Materi mana yang masih membingungkan bagi Anda? Tuliskan!

Jawab : hampir tidak ada materi yang masih membuat saya bingung. Semoga dengan ilmu yang diberikan bisa membawa saya ke jalan yang lebih baik dalam mewujudkan merdeka belajar sehingga terbentuk generasi emas harapan bangsa.

 

3.    Perubahan apa yang dirasakan Bapak/Ibu dan juga murid selama mempraktikkan budaya positif sekolah?

Jawab : perubahan yang saya rasakan adalah kemampuan dalam mengendalikan diri untuk menahan emosi ketika mereka melanggar suatu kesepakatan. Saya akan gali terus informasi kenapa murid tersebut melanggar dan bersama-sama dengan murid mencari solusi alternatif sehingga hal tersebut tidak terulang kembali. Murid merasa bahwa guru bisa dijadikan partner dalam penyelesaian masalah maupun kendala yang mereka hadapi baik masalah pelajaran, rekan lain, maupun keluarga.

 

4.    Adakah kesulitan ketika mencoba membangun budaya positif di kelas? Jika ada, apa saja kesulitannya?

Jawab : pada awalnya akan sulit untuk membangun sebuah komitmen bersama untuk mewujudkan budaya positif di kelas. Murid seolah-olah sudah terbiasa menghadapi sistem hukuman sehingga membuat mereka jarang berani mengemukakan pendapatnya. Tentu hal tersebut akan menyulitkan untuk menjalin komunikasi dalam mendiskusikan impian maupun harapan mereka ke depannya.

 

5.     Tantangan apa saja yang dialami ketika menerapkan Budaya Positif di kelas?

Jawab : masih sulit untuk mengubah mindset guru terutama guru senior dalam mengubah sistem hukuman menjadi sistem disiplin positif. Terkadang juga orang tua tidak seiya dan sekata dengan sekolah. Di sekolah sudah menerapkan budaya positif, tetapi orang tua masih belum mendukung dengan baik.

 

6.    Strategi baru apa saja yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah Anda dengan memanfaatkan berbagai sumber yang dimiliki?

Jawab : strategi yang pertama adalah komunikasi. Apapun kegiatan yang dilakukan tanpa komunikasi yang baik tidak akan memberikan dampak positif. Strategi kedua adalah kolaborasi yang baik. Strategi utama adalah keteladanan dan konsistensi.


KASUS :

“Anda adalah guru penggerak yang sudah membangun Budaya Positif di kelas. Hal ini dapat dilihat dari perubahan interaksi antara guru dan murid yang melibatkan dan memahami kebutuhan murid. Guru yang menerapkan kesepakatan kelas dan menggunakan kalimat positif dalam berinteraksi dengan murid, sehingga murid tumbuh menjadi pribadi yang kritis dan mandiri. Akan tetapi, di kelas lain masih ada guru yang memakai hukuman kepada murid agar murid patuh terhadap perintah gurunya, sehingga murid cenderung pasif dan tidak berani mengemukakan pendapat. Anda menjadi resah dan ingin mengajak guru tersebut untuk menerapkan Budaya Positif di kelas. Bagaimana cara yang efektif untuk mengajak guru tersebut untuk menerapkan Budaya Positif di kelasnya?”


SOLUSI :

Bukanlah perkara yang mudah untuk mengajak orang untuk mengikuti kita. Namun, asalkan ada tekad yang kuat kita pasti bisa melalui rintangan dan tantangan yang menjadi penghambat dalam menuju kebaikan. Sebelum mengajak guru menerapkan budaya positif, saya harus mengetahui latar belakang kehidupan dan pendidikan guru tersebut. Siapa tahu Beliau sedang ada masalah di rumah atau Beliau terbiasa menerima hukuman saat masih kecil. Jadi diperlukan dialog yang mendalam secara face to face dari hati ke hati. Diperlukan juga keterampilan dalam berkomunikasi supaya tidak menyinggung perasaan guru tersebut. Selanjutnya saya akan memberikan gambaran tentang efek samping dari memberi hukuman dan perbandingan efek samping tersebut apabila menerapkan disiplin positif. Saya akan mengajak guru tersebut untuk mengunjungi kelas saya untuk melihat kesepakatan kelas yang sudah dibuat. Kemudian saya akan mempersilahkan guru tersebut untuk berdiskusi dengan murid saya untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka ketika hukuman dihapuskan dan diganti dengan penerapan disiplin positif. Jika guru tersebut mendengar secara langsung dari murid yang merasakan dampaknya, mungkin akan terketuk hatinya untuk megubah mindset dalam menghapus sistem hukuman di kelasnya. Tidak ada sesuatu yang instant, setiap langkah memerlukan sebuah proses. Selama tetap bergandengan tangan untuk berkolaborasi dan menjaga komunikasi, niscaya akan tampak secercah cahaya keberhasilan. Salam dan Bahagia.


Jumat, 27 November 2020

VISI GURU PENGGERAK (KONEKSI ANTAR MATERI)

 

Gambar 1. Koneksi Antar Materi

Setiap manusia memiliki harapan. Setiap insan memiliki kesempatan. Setiap orang memiliki kemampuan dengan kata lain setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Setiap mimpi yang ingin diwujudkan memerlukan berbagai cara yang memungkinkan. Angan-angan untuk mengubah suatu keadaan. Tak pelak angan-angan tersebut terhempaskan begitu saja karena kesalahan dalam mengambil suatu tindakan yang tidak berlandaskan kesempatan dan kemampuan.

Seperti itulah kiranya gambaran sebuah visi. Visi akan bisa terwujud ketika si pemilik visi bisa menganalisis kemampuan dan mengetahui kesempatan yang dimiliki dalam mewujudkannya. Visi merupakan serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah keinginan sekelompok orang atau secara pribadi dengan pandangan yang jauh ke masa depan demi mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Seorang guru penggerak harus memiliki visi yang jelas demi kemajuan Pendidikan. Peran seorang guru penggerak adalah untuk menjadi agen transformasi Pendidikan Indonesia. Visi tersebut bisa terwujud jika seorang guru penggerak memahami betul konsep manajemen perubahan yang diperlukan. Salah satu pendekatan manajemen perubahan yang bisa dijadikan pedoman adalah pendekatan INKUIRI APRESIATIF (IA) dengan tahapan BAGJA. Berikut akan disajikan ulasan lebih rinci terkait IA dan BAGJA.

 

Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA)

IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologi positif. IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses managemen perubahan yang biasa. Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat menyelaraskan hal positif atau kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah. Pendapat Cooperider sejalan dengan Peter Drucker (seorang Begawan dalam dunia kepemimpinan dan manajemen) bahwa perlu mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan dengan satu tujuan, yaitu mengatasi kelemahan.

 

Tahapan BAGJA

Istilah BAGJA merupakan adaptasi dari buah karya Noble & McGrath pada tahun 2016. Dalam Bahasa Sunda BAGJA berarti BAHAGIA. BAGJA merupakan sebuah akronim dari suatu model manajemen perubahan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif (IA) berbasis kekuatan. Gambar 2 berikut menyajikan tentang arti masing-masing huruf dalam akronim BAGJA.

 

Gambar 2. Siklus pada tahapan BAGJA

 

Berikut ini akan disajikan sebuah tabel yang akan memudahkan dalam menerapkan tahapan BAGJA dalam ekosistem sekolah.

Tabel 1. Rincian bantuan yang bisa dijadikan pegangan untuk mengimplementasikan tahapan BAGJA

HURUF

ARTI

KEGIATAN

PERTANYAAN PEMANDU

B

Buat Pertanyaan

Menentukan Arah Penelusuran

1.      Bagaimana meningkatkan pencapaian murid di semua tingkatan kelas?

2.      Bagaimana membiasakan penumbuhan karakter yang baik di sekolah secara hemat biaya?

3.      Bagaimana meningkatkan keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?

A

Ambil Pelajaran

Menuntun Pengambilan Pelajaran

Ø  Pada langkah ini fokuskan pada satu pertanyaan utama yang merupakan hasil kesepakatan bersama.

Ø  Pengalaman positif dari individu/kelompok/komunitas di ambil pelajaran untuk menjawab pertanyaan dibagian ini.

Ø  Misalnya di B “Buat Pertanyaan Utama” dipilih soal nomor 1 hasil kesepakatan bersama, maka pertanyaan lanjutan sebagai pemandu adalah sebagai berikut.

1.   Apa kontribusi yang telah dilakukan dan berjalan dengan baik? Mengapa?

2.   Kebijakan apa yang selama ini mendukung?

3.   Siapa saja yang terlibat untuk mendukung?

4.   Kekuatan/keahlian apa yang kita gunakan selama ini untuk membantu?

G

Gali Mimpi

Menyusun Narasi Keadaan Ideal

1.      Seperti apa orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan merasa?

2.      Bagaimana penampakan lingkungannya secara fisik?

3.      Apakah kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi?

4.      Sumber daya apa yang kita bayangkan akan tersedia?

J

Jabarkan Rencana

Mengidentifikasi Tindakan yang Diperlukan (Mengambil Keputusan)

1.      Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?

2.      Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?

3.      Bagaimana agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal melakukan improvisasi dan berkontribusi membantu terwujudnya perubahan?

4.      Apa langkah-langkah kecil (baik berurutan/simultan) yang diperlukan?

5.      Apa satu langkah besar (inovatif, berani, terobosan) yang dapat dilakukan untuk memperbesar terwujudnya perubahan?

A

Atur Eksekusi

Membantu transformasi rencana menjadi nyata

1.      Siapa yang akan terlibat untuk mewujudkan rencana?

2.      Bagaimana mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?

3.      Siapa yang bertanggung jawab? Siapa yang segera akan menindaklanjuti/memberikan umpan balik suatu laporan?

4.      Siapa yang akan memonitor batas waktu?

 

Berdasarkan tabel bantu tersebut diharapkan dapat mempermudah guru penggerak dalam merealisasikan visinya berdasarkan pendekatan IA dengan menggunakan tahapan BAGJA.

 

Lalu bagaimana hubungan VISI, IA, BAGJA dengan peserta didik yang menjadi pusat perhatian dalam Pendidikan?

Berdasarkan gambar 1 tentang peta konsep koneksi antar materi dapat dijelaskan sebagai berikut. Visi (harapan/mimpi) yang berlandaskan pendekatan Inkuri Apresiatif melalui tahapan BAGJA diharapkan mampu mencetak murid dengan profil pelajar Pancasila. Setiap murid memiliki kodratnya masing-masing baik kodrat alam maupun kodrat zamannya. Kedua kodrat tersebut tidak dapat diubah yang dapat diubah hanyalah budi pekerti. Budi, yaitu cipta, rasa, karsa yang meliputi bathin sang anak sedangkan pekerti, yaitu raga/tenaga, upaya, tindakan yang meliputi lahir sang anak. Melalui tahapan BAGJA diharapkan juga dapat memerdekakan sang anak dalam mengembangkan minat dan bakatnya serta memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya bagi sang anak untuk meraih mimpinya. Dengan melakukan analisis melalui tahapan BAGJA pula diharapkan bisa menyediakan lingkungan belajar agar murid dapat mendalami keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non-akademik mereka. Selain itu, dapat melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

 

Demikian koneksi antar materi dalam modul 1.3 terkait visi guru penggerak. Kurang lebihnya mohon maaf. Mohon perkenan bapak/ibu untuk meninggalkan komentar demi perbaikan menulis artikel ke depannya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Special Thanks to my "Fasilitator" Mr. Yuli Cahyono 💖 atas segala bimbingan dan motivasi yang diberikan. Selalu bersedia meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan untuk menuntun saya. Terima kasih juga untuk pendamping  Mr. I Gede Eka Saputra 💗 yang sangat sabar dalam menemani langkah saya selama pendidikan guru penggerak di modul 1.3. Semoga sehat selalu 

Jumat, 20 November 2020

KEKUATAN PEMANGKU KEPENTINGAN DEMI TERWUJUDNYA VISI SEKOLAH

  

 

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) visi bermakna kepada penglihatan; pengamatan, kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan, kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan atau wawasan ke depan. Secara umum visi itu merupakan serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah keinginan sekelompok orang atau secara pribadi dengan pandangan yang jauh ke masa depan demi mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Pada dasarnya visi dijadikan sebagai panutan gambaran akan situasi dan karakteristik mengenai arah kemana tujuan perjalanan selanjutnya. Sehingga dengan adanya visi bisa menjadi alarm untuk selalu mampu eksis, antisipatif dan inovatif. Visi itu dapat berubah dan berkembang sesuai pengaruh dan perkembangan zaman yang tidak bisa diprediksi ke depannya. 

Setiap sekolah tentunya memiliki visi masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah tersebut. Namun, belum tentu visi yang dibuat sekolah bisa terwujud. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satu faktor tersebut adalah para pemangku kepentingan. Tugas kepemimpinan adalah menciptakan keselarasan kekuatan, dengan cara membuat kelemahan suatu sistem menjadi tidak relevan (Peter F. Drucker).

Bertolak pada pendekatan managemen perubahan kolaboratif dan berbasis kekuatan, yaitu Inkuiri Apresiatif (IA) maka akan dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreatifitas serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses managemen perubahan yang biasa. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Berikut disajikan matriks kekuatan dan kepentingan para pemangku kepentingan yang mana hal tersebut dapat menyelaraskan hal positif dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah.

 

MATRIKS KEPENTINGAN DAN KEKUATAN PEMANGKU KEPENTINGAN

 


 Keterangan Matriks :

  • A = Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga memiliki kekuatan dan kepentingan yang besar.
  • B = Pengawas sekolah, komite sekolah, dan orang tua memiliki kekuatan yang besar namun kepentingan yang kecil.
  • C = Kepala sekolah, staf pimpinan, guru, pegawai, dan peserta didik memiliki kepentingan yang besar, namun kekuatan yang kecil.
  • D = Masyarakat memiliki kekuatan dan kepentingan yang kecil.

 

Melalui pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan atau yang lebih dikenal dengan istilah Inkuiri Apresiatif diperlukan tahapan BAGJA untuk kesuksesan pencapaian visi sekolah. Jadi, untuk mensinergikan semua komponen demi kesuksesan pencapaian visi sekolah diperlukan perhatian yang lebih pada elemen C dan D.


TABEL KEPENTINGAN DAN KEKUATAN PEMANGKU KEPENTINGAN

 

No.

Unsur Pemangku kepentingan

Kepentingan Utama

Kekuatan yang dimiliki dan Pengaruhnya

1.

Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar

Tercapainya peningkatan mutu pendidikan di Kota Denpasar.

Pembuat kebijakan, penyusun rencana, koordinasi, monitoring, evaluasi, pemberi umpan balik.

2.

Pengawas Sekolah

Mendapatkan pengakuan kinerja yang terpercaya.

Mediator, Fasilitator, Pembinaan, Pemantau keterlaksanaan 8 standar pendidikan.

3.

Kepala Sekolah

Mendapat kepercayaan melalui kesuksesan visi sekolah.

ü  Mampu memanajemen sekolah dengan baik (Managemen Berbasis Sekolah).

ü  Pengambil kebijakan yang menentukan arah pencapaian visi sekolah.

4.

Staf Pimpinan (Wakasek)

Mendapat pengalaman kepemimpinan untuk bekal menjadi CAKEP (calon kepala sekolah).

A.    Waka Bidang Kurikulum

Mengelola bagian pembelajaran dan memanajemen guru dengan baik.

B.     Waka Bidang Kesiswaaan

Mengelola murid mengembangkan minat dan bakat dengan baik serta menumbuhkan karakter murid.

C.     Waka Bidang Sarana dan Prasarana

Menyiapkan sarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran dan kegiatan sekolah.

D.    Waka Bidang Humas

Menjalin komunikasi yang baik dengan komite sekolah dan masyarakat sekitar serta atasan.

5.

Guru

Menjalankan profesi dengan mencetak lulusan yang berkualitas dan berakhlak mulia.

ü  Guru senior memiliki pengalaman yang sangat baik dalam menghadapi berbagai karakter murid.

ü  Guru junior memiliki inovasi dan penggunaan TIK yang cukup baik.

6.

Pegawai

Menjalankan profesi untuk peningkatan karir.

Menginformasikan surat lomba/sosialisasi/informasi dari luar dengan cepat.

7.

Komite Sekolah

Memantau kejelasan program sekolah demi keberhasilan Pendidikan anak.

ü  Mengakomodasi inspirasi orang tua dan disampaikan ke pihak sekolah.

ü  Membantu mengelola keuangan sukarela dari orang tua murid.

8.

Orang Tua

Menginginkan anaknya dapat dijadikan manusia yang berkualitas, berprestasi, dan berakhlak mulia.

ü  Memberikan dukungan berupa dana Pendidikan sukarela.

ü  Membantu memfasilitasi murid dalam kegiatan perlombaan.

9.

Masyarakat

Mendapatkan dampak edukasi bagi lingkungan di sekitar sekolah.

Memberikan edukasi potensi yang dimiliki lingkungan sekitar. Bisa menjadi pengamat, pengontrol maupun pemberi masukan dalam proses pendidikan di sekolah terdekat.

Dengan adanya tabel tersebut, maka akan memudahkan dalam mengidentifikasi kekuatan masing-masing pemangku kepentingan untuk dipertahankan demi terwujudnya visi sekolah. Selain itu, hal-hal yang belum menjadi kekuatan bisa ditelusuri apa yang menyebabkan menjadi lemah.


Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Fasilitator (Yuli Cahyono) yang sudah memberikan wawasan baru dan segala bimbingan yang diberikan 💝 Terima kasih kepada Bapak Pendamping (I Gede Eka Saputra) yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan masukan 💓 Terima kasih juga untuk rekan-rekan CGP kelompok 1 dari kelas A yang selalu berbagi ilmu dan informasi💘 Terima kasih kepada rekan-rekan CGP lain yang sudah memberikan umpan balik demi perbaikan tugas ini💗 Tentunya terima kasih untuk keluarga tercinta yang selalu mendukung saya 💕